Saturday, April 20, 2013

KEPUASAN KERJA

Oleh: Zein Ahmad



untuk dapat mengetahui faktor-faktor apa saja yang sesungguhnya rnempengaruhi atau membentuk nilai kepuasan kerja, kiranya kita perlu menelaahmengenai masalah “kerja” secara mendasar.

alasanya orang akan merasa puas atas kerja yang telah atau sedang ia jalankan, apabila apa yang ia  kerjakan itu dianggapnya telah mernenuhi harapannya, sesuai dengan tujuan ia bekerja. Apabila seseorang mendambakan sesuatu, maka itu berarti bahwa ia memiliki suatu harapan, dan dengan dernikian ia akan termotivasi untuk melakukan tindakan ke arah pencapaian harapan tersebut. Danjika harapannya itu terpenuhi, maka ia akan merasa puas.

Telah disebutkan di muka, bahwa dahulu orang beranggapan bahwa satu-satunya perangsang (incentive) untuk bekerja hanyalah uang atau perasaan takut untuk menganggur. Tetapi dewasa ini ternyata, bahwa uang bukanlah merupakan faktor utama yang memotivasi semua orang untuk bekerja. Dengan perkataan lain, tidak semua orang yang bekerja itu hanya mau bekerja karena membutuhkan uang.

Brown (1978), memberikan contoh-contoh yang dilihatnya di beberapa pabrik di London. Pada suatu ketika yang tidak bersamaan, ada 3 orang pekerja pabrik yang secara kebetulan masing-masing memenangkan hadiah yang sangat besar dari totalisator sepakbola.

Walaupun uang hadiah yang didapat mereka itu sangat besarjumlahnya, sehingga kalau diinvestasikan uang itu akan dapat menjamin biaya hidup mereka bexsama keluarganya secara berkecukupan selarna sisa hidup mereka, namun akhirnya mereka kembali kepada pekerjaan mereka di pabrik yang serba rutin itu.

Pada suatu perusahaan lain Guga di London), para pekexja wanitanya diberi pensiun yang cukup besar apabila mereka telah mencapai usia 55 tahun. Ternyata banyak pensiunan pekerja perusahaan ini yang setiap sore hari berdiri di depan gerbang pabrik hanya sekedar menantikan teman-temannya yang pulang keljja. Para pensiunan inipun rnasih tetap mengikuti ke giatan-kegiatan sosial yang diselenggarakan oleh perusahaan tersebut. Bahkan apabila pabrik perusahaan itu membutuhkan pekerja tambahan sementara (part-timer) pada waktu-Waktu pabrik sangat sibuk, para wanita pensiunan itu bersedia bekerjja di pabrik itu dengan upah harian yang jauh lebih rendah dari uang pensiunnya.

Dan contoh-contoh di atas, Brown menarik kesimpulan bahwa pabrik-pabrik itu sesungguhnya mempunyai daya tank, karenajuga berfungsi sebagai pusat kegiatan sosial. Dan orang-orang yang sebenarnya sudah tidak membutuhkan penghasilan berupa uang itu masih juga mau mengerjakan pekezjaan-pekerjaan rutin di pabrik itu hanya karena mereka tidak ingin tersisihkan dari pergaulan sosial masyarakat mereka. Dengan demikian makajelaslah, bahwa uang bukan saru-satunya motivator atau perangsang untuk melakukan pekerjaan.

Dua orang guru besar, Prof Miller dan Prof Form, sehubungangdengan hal ini menyatakan pendapatnya sebagai berikut : “Motivasi untuk bekerja tidak dapat dikaitkan hanya pada kebutuhan-kebutuhan ekonomis belaka, sebab orang tetap akan bekerja walaupun mereka sudah tidak membutuhkan hal-hal yang bersifat materiil. Bahkan walaupun seluruh keluarganya telah diasuransikan untuk jaminan masa depan anak-anaknya, tetap saja orang itu bekerja. Hal itu dilakukan mereka karena imbalan yang mereka peroleh dari kerja itu adalah imbalan sosial, seperti respek dan pengaguman dari rekan-rekan sekerja mereka.

Bagi sementara orang, kerja merupakan sarana untuk menuju ke arah terpenuhinya kepuasan pribadi denganjalan mernperoleh kekuasaan dan menggunakan kekuasaan itu terhadap orang Iain. Pada pokoknya, kerja itu merupakan aktivitas yang memungkinkan terwujudnya kehidupan sosial dan persahabatan. ”

Menimbulkan motivasi agar dicapai kepuasan kerja bagi para karyawan adalah merupakan suatu keharusan bagi setiap manajer. Pada dasamya kepuasan kerja merupakan hal yang bersifat individuil. Setiap individu akan memiliki tingkat kepuasan yang berbeda-beda sesuai dengan sistem nilai-nilai yang berlaku pada dirinya. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan pada masing-masing individu.

Semakin banyak aspek-aspek dalam pekerjaan yang sesuai dengan keinginan individu tersebut, maka semakin tinggi tingkat kepuasan yang dirasakannya.

Dari berbagai penyelidikan, ada beberapa definisi kepuasan kerja yang dapat kita bahas di sini, antara lain :
1 . Kepuasan kerja merupakan penilaian dari pekerja yaitu seberapajauh pekerjaannyasecara keseluruhan memuaskan kebutuhanya. (Robert Hopped New Hope Pensyvania).
2. Kepuasan kerja berhubungan dengan sikap dari karya-wan terhadap pekerjaan itu sendiri, situasi kerja, kerja sama antara pimpinan dan sesama karyawan. (Tiffin).
3. Kepuasan kerja merupakan sikap umum yang merupakan hasil dari beberapa sikap khusus terhadap faktor-faktor pekerjaan, penyesuaian diri dan hubungan social individu di luar kerja. (Blum).
4. Jaminan finansial dan jaminan sosial
5 . Mutu pengawasan.

Sedangkan menurut Anthony, 197Z ada faktor-faktor internal yang mempengaruhi kepuasan kerja, yaitu :
1 .Kita harus menyukai pekerjaan kita.
Bagaimana mungkin kita menyukai pekeijaan kita, jika kita merasa sebel dan kesal menghadapi pekerjaan kita. Bila kita merasa terus menerus diburu waktu dan target. Agar kita merasa puas dalam bekerja, pekeijaan apa pun yang kita pegang, kita harus menyukainya. Katakanlah faktor ini suatu “condition sine qua non” bagi tercapainya job satisfaction. Bila kita menyukai pekerjaan kita, maka kita akan melakukan pekerjan dengan hati ruang, tekun, mantap dan bersemangat. Maka suasana yang mengitari pekerjaan kita bukanlah suasana yang murung, pengap menghimpit, melainkan suasana yang lapang dan ceria.
2. Kita harus berorientasi mencapai prastasi yang   Kalau dapat setinggi mungkin, dengan patokan : “the sky is the limit. ” Kita akan senang dalam bekerja dan mencapai kepuasan keijajika kita merasa puas dengan hasil yang kita capai. Dan ini hanya mungkin jika hasil pekerjaan kita mempunyai mutu yang tinggi. Sedangkan hasil keija yang bermutu tinggi hanya mungkin dicapai jika kita bertekad mencapai prestasi yang setinggi mungkin. Prestasi yang ingin kita capai hendaknya tidak terbatas sekedar pada tercapainya target, tetapi harus lebih dari itu. Beyond the target !
3. Kita harus mempunyai sikap positifdalam menghadapi kesulitan. Kesulitan-kesulitan yang kita hadapi hendaknya tidak dipandang sebagai sesuatu yang menjengkelkan atau dengan sikap pesimis. Apa pun kesulitan yang kita hadapi dan betapa besarnya kesulitan itu, seyogyanya dipandang sebagai tantangan (challenge) yang harus diatasi, dicari pemecahannya. Bukankah manusia merupakan makhluk yang kreatifdan berkemauan keras ? Apalagi manusia kaliber manajer. Dalam menghadapi kesulitan atau masalah, diri seorang manajer diharapkan kemampuan memecahkan masalah (problem solving) yang tinggi. Bila kita bertekad keras menghadapi setiap kesulitan, maka kita tak akan mudah patah semangat. Meskipun kesulitan menumpuk setinggi gunung, kita dapat memecahkannya dengan baik.
 

No comments:

Post a Comment